Keterlibatan
orang tua di sekolah berhubungan erat dengan kemampuan kognitif dan nonkognitif
peserta didik. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan membaca anak dan
remaja. Selanjutnya, mengikutsertakan anak dalam diskusi bersama orang tuanya,
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memberikan teladan yang baik.
Keterlibatan
orang tua di sekolah dasar telah dirintis sejak tahun 1985-an. Hal ini dimuat
dalam laporan sistem pembinaan profesional dan cara belajar siswa aktif
(SPP-CBSA) yang merupakan kerja sama pemerintah Inggris dengan Indonesia
(Harlen, et all. 2001) yang menunjukkan bahwa: kemitraan dan peran aktif orang
tua dalam membantu pembelajaran di sekolah dapat meningkatkan kemajuan dan
kesuksesan putra-putri mereka.
Studi
Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa keluarga memiliki peran kunci karena
intervensi yang dilakukan terhadap keluarga telah berhasil meningkatkan
pencapaian perkembangan peserta didik sesuai dengan yang diharapkan.
Data terkait praktik pengasuhan anak dan karakteristik rumah tangga untuk penelitian ini menghasilkan sejumlah pandangan mendalam yang berguna.
Data terkait praktik pengasuhan anak dan karakteristik rumah tangga untuk penelitian ini menghasilkan sejumlah pandangan mendalam yang berguna.
Kajian
Bank Dunia tentang pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di desa miskin
ini menunjukkan bahwa: .
- pendidikan orang tua dan praktik di rumah mempengaruhi dan menunjang kuat terhadap tahap perkembangan anak;
- umumnya orang tua di desa miskin sangat bersemangat dan termotivasi untuk mendukung program PPAUD bagi anak-anak mereka sehingga mereka menjadi sumber berharga untuk memperluas layanan PPAUD;
- ketiadaan intervensi yang secara eksplisit berfokus pada keluarga, memungkinkan tidak akan terjadinya peningkatan praktik pengasuhan yang di rumah dan lingkungan;
- informasi mengenai lingkungan rumah dan praktik-praktik pengasuhan anak berguna dalam mengidentifikasi target-target spesifik untuk dukungan keluarga seperti angka membaca buku dan bercerita yang rendah atau pemberian ASI eksklusif yang lebih pendek dari periode optimalnya.
Sementara
itu Studi Bank Dunia pada persekolahan3 menunjukkan bahwa hasil pendidikan
dapat ditingkatkan dengan menyebarkan informasi kepada orang tua sehingga dapat
mendorong mereka untuk lebih terlibat aktif dalam pengawasan
Hal ini
dilaksanakan di 10 kabupaten pada tahun 1984-1994 dalam kegiatan sistem
pembinaan profesional dan cara belajar siswa aktif. Kabupaten pertama dan salah
satu yang berhasil adalah di Cianjur.
Studi
dilakukan di 148 sekolah yang tersebar di kabupaten 81 Tulung Agung (81
sekolah) untuk bahan tercetak, di kabupaten Malang (26 sekolah) untuk SMS dan
di kabupaten Sumbawa (41 sekolah) untuk pertemuan dengan orang tua.
sekolah.
Studi ini cukup menarik karena dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah,
yaitu dengan mengevaluasi dampak pendekatan alternatif untuk penyebaran
informasi tentang program BOS (Bantuan Operasional Sekolah) di Indonesia
terhadap orang tua. Mereka diharapkan memperoleh pengetahuan tentang program
BOS secara umum, pelaksanaannya di sekolah anak mereka, dan caranya untuk
berpartisipasi
dalam kegiatan sekolah terkait dengan hal tersebut dan hal lainnya.
Temuan
studi ini menunjukkan bahwa mengirim surat dari sekolah ke orang tua atau mengirim
sebuah pamflet berwarna-warni tidak berdampak pada pada peningkatan pengetahuan
atau partisipasi orang tua terhadap program tersebut. Akan tetapi, mengadakan
pertemuan dengan orang tua yang difasilitasi sekolah dan berbagai pemangku
kepentingan lainnya atau mengirim pesan pendek SMS (Short Message
Service) kepada orang tua dapat meningkatkan
pengetahuan dan partisipasi.
Pertemuan
yang difasilitasi secara keseluruhan dapat meningkatkan pengetahuan orang
tua/wali dan memupuk perasaan transparansi dari pihak orang tua, yang
mengakibatkan partisipasi yang lebih besar dalam saluran formal untuk memberikan
umpan balik kepada sekolah. SMS meningkatkan pengetahuan tentang aspek-aspek
tertentu dari program, seperti jumlah yang diperoleh, selain itu cenderung
meningkatkan keterlibatan dengan jalur-jalur informal.
Laporan
dari serangkaian kelompok diskusi fokus di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(2015) yang disampaikan kepala sekolah bahwa sebagian siswa membawa persoalan
yang tidak berkaitan dengan persekolahan yang mengganggu efektivitas belajar
mereka di sekolah. Di luar pengawasan guru dan kepala sekolah, sering terjadi kenakalan
siswa yang dilakukan di luar lingkungan sekolah atau di luar jam sekolah.
Tawuran,
narkoba, kriminal, dan tindakan-tindakan kontra sosial lainnya berpengaruh terhadap
karakter dan hasil belajar siswa. Hal ini, memerlukan perhatian khusus bagi orang
tua terhadap putra-putri mereka. Komunikasi aktif dan positif yang dibangun antara
orang tua dan sekolah dapat membantu mengurangi atau menyelesaikan persoalan
tersebut. Peranan positif orang tua dalam hal ini akan membantu sekolah dan
satuan pendidikan lainnya dalam melakukan proses pendidikan.
0 Response to "Latar Belakang Pendidikan Keluarga Indonesia"
Posting Komentar